Langsung ke konten utama

Devils Wears Whatever They're Wearing

After watching David Frankel's work of magic about a fresh-graduate women who's dreams to be a journalist and not so fashion at all but got to be some well-known fashion editor magazine's assistant instead... made me think a little bit.

This women named Andrea... kinda remind me of myself a little bit (READ FIRST BEFORE YOU JUDGE ME FOR BECOMING TOO SELF-PROCLAIMED) Yes, I don't look as near as Anne Hathaway, or even has a little height different. But the way when she was being interviewed by Miranda, when she was too absent-mindedly talk about fashion and she doesn't even know who Miranda is anyway. Ring a bell to when I was on my internship...

(flash back starts now)

(SEBENERNYA GW MALU BGT NULISNYA TP YASUDAHLAH YA)

Hari pertama kita sampai di lokasi syuting kita di luar kota. Lokasi syuting yang merupakan sebuah rumah yang juga merupakan base camp kita. Waktu itu lagi makan malem, semua orang sibuk dengan nasi kotaknya masing-masing di ruang makan. Sedangkan gue... Entah mengapa gue memutuskan untuk mencari tempat lain. Gue masuk ke dalam rumah. Ada 2 orang ibu-ibu sedang duduk di sebuah karpet. Ibu-ibu itu hanya berdua saja, menyingkir dari keramaian crew-crew yang lain. Salah satu ibunya menyapa gue: "Makan dek." yang entah mengapa otak gue otomatis menterjemahkan menjadi: "Yuk sini makan sama kita." Dan ya, gue duduk dan makan bersama mereka.

Gue makan seperti halnya orang makan. Sampai suatu ketika mereka mulai membicarakan tentang sebuah film komersil, yang untungnya gue langsung inget karena pernah liat posternya di bioskop. "Oh cool, she's already in the industry." (on my defense, it's our debut feature film, so it's okay for me to think that way!)

Mereka mulai membicarakan tentang proses si film itu. Waktu itu mereka lagi bimbang antara jual ke TV atau ke in-flight entertaiment kalo nggak salah. Guepun tertarik dengan topik ini, ingin gue belajar lebih.

Gue lantas bertanya... "Seru juga ya, berarti Ibu kerjaannya apa?"

Dan sedihnya, jawaban dari pertanyaan itu adalah...

"Coba deh kamu google nama saya."

OK BAIK!

(flashback ends here)

Dan darisitu lah gue sadar, kenapa mereka hanya berdua disitu. Dan kenapa mereka ditawarin kopi, padahal yang lainnya self-service.

Ya, beliau (sebenarnya hanya salah satunya, satunya lagi manager talent.) adalah sebuah tokoh yang sangat-sangat dikenal, khususnya di dunia sastra, karena beliau baru dua tahun masuk di dunia film. Dan kalau di film, biasanya ia sebagai posisi tertinggi di piramida keperfilman, yaitu: produser.

(Gue yang pada saat itu baru saja jadi produser sebuah film pendek. Merasa kesal. Kenapa pas gue nggak segitunya?:()

Sebenarnya dibanding Miranda Priestly, beliau memang tak se irritating itu. Tapi sosoknya memang terkesan lebih tinggi diantara yang lain. Dan gue, yang sama seperti Andy, tidak tahu sama sekali tentangnya, membuat gue menjadi seperti manusia biasa yang tidak terlalu takut kepadanya.

(Altho, gue nggak bisa bilang apakah si ibu ini lumayan menyukai gue sampai beliau mau merekrut gue kerja. Karena memang tidak ada momen dimana itu harus terjadi.)

The thing I'm trying to say is... It's okay not trying to impress someone who's bigger than you. Sometimes being yourself is what they need to judge you. When you try harder, it'll worsen the situation. Not only with the producer, but I also did that to all of my dosen and who's their favorite student of all time?? (idk really lol but atleast i survived)

Just try not to be afraid.

And have some integrity, maybe?

ARSP
30/8/18


Komentar